Tahun 1998 telah terjadi peristiwa bersejarah yakni
reformasi. Mahasiswa tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan peristiwa
tersebut. Reformasi 1998 merupakan buah hasil dari gerakan mahasiswa yang dalam
kurun waktu sebelumnya mendapat kekangan pasca dikeluarkannya kebijakan
NKK/BKK. Kebijakan pemerintah tahun 1980an tersebut berhasil mengebiri dan
meredam gerakan mahasiswa dalam menentang pemerintah orde baru. Terlepas dari
itu mahasiswa mulai bangkit dan menunjukkan eksistensinya sebagai agent of chage.
Di Solo yang merupakan titik awal pergolakan, menjadi pemicu
terjadinya gerakan reformasi 1998. Pada waktu itu mahasiswa lah sebagai pelopor
pergerakan. Namun apabila dilihat kondisinya, di Solo termasuk kota yang porak
poranda akibat kerusuhan yang terjadi. Bakar-bakaran, penjarahan merupakan hal
yang biasa. Namun bukan itu yang penulis lihat. Artikel ini akan lebih membahas
tentang gerakan reformasi 1998 yang di awali di Solo, sejauh mana peran
mahasiswa dan benarkah itu gerakan mahasiswa?. Untuk dapat menganalisa
peristiwa itu, penulis mencari data melalui wawancara. Sumber yang penulis
gunakan ialah sumber primer, yakni wawancara dengan orang yang terlibat secara
langsung dengan peristiwa.
Mahasiswa merupakan agent
of change, agen penggerak perubahan. Setiap kali terdapat penguasa yang
dzolim maka kesadaran mahasiswa sebagai agent of change, moral force dan
entitas transformer akan mucul untuk melakukan perbaikan. Mahasiswa dengan kata
perubahan tidak bisa dilepaskan begitu saja. Gerakan-gerakan perubahan dalam
level masyarakat bahkan negara, mahasiswa lah yang menjadi aktornya. Mahasiswa
merupakan insan yang memiliki kapasitas baik secara keilmuan, intelektual dan jaringan
sebagai modal dalam melakukan perubahan di dalam masyarakat. Mahasiswa memiliki
tanggungjawab secara moral dan intelektual untuk memperbaiki kondisi masyarakat
dan bangsa.
Solo merupakan kota yang memiliki sejarah cukup panjang
ketika berbicara tentang pergerakan. Sejarah mencatat pergerakan-pergerakan
yang ada di Indonesia dipelopori oleh Solo. Sarekat Islam misalnya, sebuah
organisasi pergerakan awal abad 20 yang sepak terjangnya sangat besar dalam
pergerakan menuju kemerdekaan. Disamping itu juga Solo sebagai pusat budaya
yang dikenal unggah-ungguh serta
tatanan masyarakatnya yang memiliki budaya jawa tinggi. Lalu timbul suatu
pertanyaan mengapa Solo yang merupakan kota budaya ini seolah-olah kontradiktif
dengan peristiwa kerusuhan 1998. Kalau asumsinya gerakan reformasi 1998 di Solo
merupakan gerakan mahasiswa, perlu dilakukan kajian apakah benar gerakan itu
murni gerakan mahasiswa?.
Sejarah mencatat 1998 ialah tahun pergerakan mahasiswa
setelah sekian lama mengalami hibernasi dalam hal pergerakan. Yang berkembang
pada waktu itu hanya kelompok-kelompok studi. Kevakuman pergerakan mahasiswa
dimulai pasca dikeluarkannya Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi
Kampus (NKK/BKK) tahun 1975. NKK/BKK mengharuskan mahasiswa berkonsentrasi
dengan aktivitas akademiknya, sedangkan aktivitas politik tidak diperbolehkan
berada di dalam kampus. Menurut pengakuan dari Taufik aktivis mahasiswa 98,
meski masih ada peraturan NKK/BKK bukan berarti gerakan mahasiswa mati. Hanya
saja dalam melakukan pergerakan tidak secara terbuka di dalam kampus.
Universitas Sebelas Maret (UNS) sendiri, mahasiswa membentuk
semacam kelompok yang diberi nama Solidaritas Mahasisawa Peduli Rakyat (SMPR).
Kelompok ini beranggotakan mahasiswa dari berbagai latar belakang fakultas,
bahkan jurusan yang berbeda. Organisasi di intra kampus terdiri dari Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ), Keluarga Mahasiswa UNS dan Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM). Sedangkan organisasi ekstra kampus terdiri dari KAMMI, HMI, PMII, FRD.
Ada hal yang hampir mirip dengan periode tahun 1965-1966 ketika para mahasiswa
menurunkan presiden Soekarno yakni dibentuknya Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI) di Universitas Indonesia. Begitu pula yang dilakukan mahasiswa
UNS dengan membentuk SMPR.
Reformasi
1998 untuk pertama kalinya dikenalkan oleh mahasiswa di Universitas Sebelas Maret
dan Universitas Negeri Lampung. Dua universitas ini yang menjadi pionir dalam
meletusnya gerakan besar-besaran bulan April-Mei. Gerakan reformasi 1998 yang
digaungkan oleh mahasiswa ini pada mulanya salah satu respon terhadap gejolak
ekonomi yang dimulai tahun 1997. Pada tahun itu Indonesia terkena krisis
ekonomi yang luar biasa inflasi pada waktu itu hampir mencapai 700%. Gambaran
yang disampaikan Taufik, tahun 1996, harga tempe Rp. 50-, dan harga es teh Rp.
150-. Nilai tukar rupiah terhadap dollar masih dalam kisaran Rp. 2.000 per $1.
Sedangkan pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi yang bergejolak, nilai tukar
rupiah terhadap dollar meningkat drastis menjadi sekitar Rp. 10.000 – Rp 11.000
per $1. Hal tersebut dapat dibayangkan betapa menderitanya rakyat pada waktu
itu.
Krisis moneter yang berkepanjangan sedang pemerintahan
Soeharto tidak bisa mengatasi gejolak. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi
terjadinya gerakan reformasi 1998 terutama di Solo. Demonstrasi sebenarnya
sudah dilakukan mahasiswa di Solo yang mengangkat isue tentang komitmen
Soeharto kepada IMF. Hal itu merupakan embrio dari gerakan yang telah dilakukan
mahasiswa di Solo. Pada awal tahun 1998 menurut pengakuan Umi juga sudah ada
demonstrasi-demonstrasi meski belum menggarah pada penggulingan presiden. Pengakuan
serupa juga dikemukaan oleh Taufik. Menurutnya, gerakan demonstrasi yang
dilakukan awal tahun 1998 itu hanya lah letupan-letupan kecil.
Siklus sepuluh tahunan juga menjadi referensi yang sangat
kuat bagi para mahasiswa dalam melakukan gerakan. Gerakan-gerakan yang dimotori
oleh mahasiswa dari mulai tahun 1928, 1945 ikatan pemuda lapangan ikada, 1960,
1970,1980 dan berujung pada gerakan mahasiswa 1998. Tahun 1998 mahasiswa sudah
mulai berbicara tentang sosial demokratis yang hal itu tidak dimiliki oleh Soeharto.
Pada bulan Maret 1998 terdapat agenda rutin tahunan yang
berlangsung pada tanggal 1 sampai 11 Maret 1998. Selama periode itu digunakan
untuk Sidang Umum MPR yang membahas tentang penetapan Presiden oleh MPR hasil
pemilu dan juga pengesahan RAPBN menjadi APBN. Pada waktu itu penetapan
Presiden selalu dilakukan dengan cara musyawarah mufakat. Hal tersebut hampir
selalu dilakukan oleh MPR setiap lima tahunan. Parlemen yang hanya terdiri 2
partai yakni PPP, PDI. Selain itu ada Golkar yang merupakan penjelmaan dari
pemerintah, hampir semua Pegawai Negeri dan aparat pemerintah dilakukan wajib
Golkar. MPR pada waktu itu menetapkan Soeharto menjadi presiden untuk ke-6
kalinya.
Pada bulan Mei 1998 gerakan demonstrasi semakin menggeliat.
Pasca ditetapkannya Soeharto sebagai Presiden untuk ke-6 kalinya menimbulkan
kejenuhan masyarakat. Soeharto yang tidak bisa mengatasi krisis ekonomi, justru
tetap diangkat menjadi Presiden. Akibat dari kondisi demikian, mahasiswa
terus-menerus melakukan gerakan demonstrasi. Para mahasiswa hampir setiap hari turun jalan melakukan aksi di depan Bullevard UNS. Suasana di Bullevard mencekam, areal kampus itu
menjadi daerah konflik. Mahasiswa tidak berani untuk keluar jalan, begitu pula
polisi tidak akan masuk ke dalam areal kampus. Suasana semakin tidak kondusif
ketika hampir setiap demonstrasi terjadi kerusuhan.
Kerusuhan yang terjadi menurut Taufik, hal itu sudah
diprediksi karena setiap kali melakukan demonstrasi, saking banyaknya orang yang turun
jalan maka sudah sulit dibedakan antara mahasiswa dengan bukan mahasiswa.
Setiap demonstrasi polisi selalu menyemprot para demonstran dengan gas air
mata. Paving-paving bertebaran,
kondisi yang terjadi sudah sangat tidak kondusif. Meskipun UNS merupakan kampus
yang wilayahnya terkonsentrasi sehingga menurut Taufik gerakan-gerakannya sulit
dikacau oleh intel, akan tetapi tidak bisa menjamin bahwa orang yang ikut demonstrasi
semua mahasiswa. Jadi apabila terjadi kerusuhan belum tentu pelakunya
mahasiswa.
Demonstrasi yang selalu keostik
antara demonstran dengan polisi terjadi bentrok, dari sisi lain terdapat
pengaruh dari media. Media sebagai sumber informasi mempunyai peranan yang
cukup strategis didalam penyebarluasan isue. Mahasiswa menutut adanya reformasi
disegala aspek kehidupan, bukan hanya ekonomi politik tetapi juga keterbukaan
dan demokrasi. Menurut Taufik, mahasiswa pada waktu itu tidak membawa issue
tunggal yakni penurunan Soeharto tetapi seperti Tritura. Mahasiswa sudah
mempunyai keyakinan bahwa Soeharto akan turun. Hal tersebut yang membuat para
mahasiswa menjadi terbakar semangatnya. Mahasiswa membuat setting aksi, merilis berita (pers
release) yang dilakukan hampir setiap malam.
Pada bulan Mei 1998, demonstrasi yang begitu intensif
dilakukan bahkan menurut pengakuan Taufik, partai juga ikut dalam demonstrasi.
Kondisi yang terjadi pada waktu itu keostik hampir tidak terkendali. Setiap
terjadi demonstrasi selalu ada bentrok dan kerusuhan. Ada beberapa hal yang
dapat diketahui bahwa kondisi pada waktu itu tidak ada anggapan terhadap latar
belakang yang berbeda. Di satu sisi hal anggapan tersebut wajar karena memang
isue-isue yang diangkat sama, sehingga baik mahasiswa dengan latar belakang
yang berbeda maupun masyarakat bahkan politisi pun bisa ikut bersama-sama
demonstrasi. Di sisi lain bahwa ada berbagai kepentingan yang menunggangi
reformasi 1998 akan sangat mungkin terjadi.
Mahasiswa ialah agent
of change, agen penggerak perubahan menuju masyarakat yang lebih baik. Perubahan
yang dilakukan mahasiswa tidak lepas dari tanggungjawabnya sebagai insan
intelektual dan sosial. Tahun 1998 menjadi tahun yang sarat akan sejarah
perjalanan bangsa Indonesia. Soeharto yang berkuasa hampir 32 tahun terpaksa
terhenti akibat dari gerakan mahasiswa. Mahasiswa didalam gerakannya didukung
oleh berbagai komponen bangsa menjadi
satu hal yang pantas dicacat oleh sejarah.
Di Solo, lebih khususnya UNS, sebuah Universitas yang
berdirinya tidak lepas dari campur tangan orde baru juga menjadi salah satu
universitas pelopor terjadinya reformasi 1998. Setelah sebelumnya gerakan
mahasiswa hanya sebatas kelompok studi maka pada tahun 1998 muncul suatu
kelompok gerakan mahasiswa dengan nama SMPR. Kelompok ini muncul dari berbagai
elemen organisasi kampus di UNS. Kelompok gerakan yang dibangun atas dasar
keyakinan dan isue yang sama.
Di samping itu peran media sebagai peyebar informasi kepada
khalayak umum memberikan pengaruh yang sangat kuat dalam bergulirnya Reformasi
1998. Media memiliki peran strategis apalagi media surat kabar cetak dimana
semua elemen masyarakat dari golongan biasa sampai masyarakat kelas atas mampu
mengakses informasi yang diberitakan. Sehingga pada waktu itu hampir setiap
hari mahasiswa selalu mengeluarkan pers
release yang berisi isue-isue yang dibawa mahasiswa. Statetment mahasiswa
tentang tuntutan reformasi dan sebagainya.
Dari informasi dua narasumber yang telah penulis peroleh
terkait pertanyaan apakah reformasi yang didahului di Solo merupakan murni
gerakan mahasiswa, memberikan informasi bahwa memang benar reformasi 1998
merupakan gerakan mahasiswa. Meskipun gerakan reformasi yang dilakukan dalam
keberjalannya terdapat bentrokan yang berujung pada kerusuhan setiap kali
demonstrasi, hal itu sepertinya bisa dikesampingkan karena memang yang
melakukan demonstrasi bukan hanya kelompok mahasiswa saja seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya.
Mahasiswa secara gerakan mempunyai peranan strategis. Mahasiswa
yang memulai gerakan ini. Meski dalam demonstrasi masyarakat atau elemen yang
lain ikut terlibat tetapi baik secara konsep gerakan maupun teknis gerakan,
mahasiswa mempunyai andil yang besar. Menurut pengakuan dari salah satu
narasumber, Taufik yang merupakan aktivis mahasiswa yang terlibat langsung
dalam gerakan tersebut, pada waktu itu memang ada demonstrasi berbayar, tetapi
hal itu tidak dilakukan mahasiswa. Pengakuan serupa juga disampaikan Umi, meski
terjadi kerusuhan dan pembakaran di Solo, reformasi yang dipelopori mahasiswa
merupakan gerakan mahasiswa.
Penulis sendiri berpendapat bahwa dengan berbagai uraian
kronologi, sebab-akibat terjadinya gerakan mahasiswa yang terjadi di Solo
merupakan gerakan yang dibangun atas dasar kesadaran kolektif. Kesadaran
kolektif muncul dari pikiran-pikiran mahasiswa yang sebelumnya dikekang dan
dibatasi pada kegiatan-kegiatan tertentu. Reformasi 1998 juga menjadi sebuah
bukti bahwa gerakan mahasiswa tidak mati meskipun NKK/BKK masih berlaku.
Kekuatan yang dimiliki oleh mahasiswa dan people
power akan senantiasa muncul ketika dihadapkan dengan penguasa yang
bertindak represif dan anti terhadap keterbukaan serta demokrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar