Sejarah
Perkembangan dan Pendiri Reksa Pustaka
Reksa Pustaka didirikan pada tanggal 11 Agustus 1867 pada pemerintahan Sri
Paduka Mangkunegoro IV. Reksa Pustaka yang dalam ejaan jawa : Reksopoestoko
berasal dari kata “rekso” yang artinya menjaga dan “pustoko” artinya buku.
Sehingga Reksa Pustaka mempunyai arti tempat untuk menjaga atau menyimpan buku.
Reksa Pustaka itu sendiri tugasnya (dalam bahasa Jawa) :ngurusi serat-serat.
Serat (bahasa ngoko) : layang adalah surat, jadi Reksa Pustaka pada
awalnya berfungsi sebagai arsip. Namun serat dalam bahasa Jawa juga
berarti buku. Setiap buku Jawa judulnya selalu dimulai dengan kata serat.[2]
Pada awalnya perpustakaan Reksa Pustaka hanya digunakan oleh kerabat di
ligkungan Istana Mangkunegaran saja. Dalam perkembangannya Reksa Pustaka banyak
dibutuhkan terutama para peneliti dalam rangka membuat skripsi tentang
Mangkunegaran atau yang lainnya. Selanjutnya pada tahun 1980an Perpustakaan
Reksa Pustaka sudah dibuka untuk umum. Gedung Perpustakaan Reksa Pustaka
terletak di dalam kompleks Pura Mangkunegaran berada di lantai dua. Dari awal
berdirinya Perpustakaan Reksa Pustaka mengalami berbagai perkembangan.
Perkembangan yang terjadi terutama dalam hal penambahan koleksi dan renovasi
yang dilakukan tahun 2000an yaitu menambah pegangan pada tangga masuk
perpustakaan. Setelah Sri Paduka Mangkunegoro IV wafat perkembangan Reksa
Pustaka selanjutnya dikembangkan oleh Mangkunegoro VII dan dilestariakan oleh
Sri Paduka Mangkunegoro IX sampai sekarang.
Reksa Pustaka dalam upaya pelestarian dan pengembangan koleksi
melakukan beberapa hal misalnya dengan digitalisasi atau scan
komputer yaitu melakukan pencetakan yang bertujuan agar naskah asli masih tetap
terjaga. Disamping dilakukan pencetakan ulang pada naskah kuno, Reksa Pustaka
dibantu para peneliti juga melakukan proses transkripsi atau alih aksara dan
proses transliterasi atau alih bahasa, mengingat mayoritas koleksi beraksara
dan berbahasa jawa meskipun ada juga koleksi yang berbahasa asing sehingga
mempermudah pembaca dan memahami naskah-naskah kuno.
Sri Paduka Mangkunegoro IV ialah pendiri Rekso Pustaka, disamping
seorang raja, beliau juga pujangga maka dari itu koleksi khas dari Reksa
Pustaka ialah hasil koleksi dan karya-karya beliau diantaranya sebuah karya
sastra yang tersusun dalam buku Serat-serat Anggita Dalem Kanjeng Gusti
Pangeran Adipati Arya Mangkunegoro IV. Karya beliau tersebut sekarang sudah
ada dalam bentuk cetakan, cetakan pertama pada tahun 1928. Sri Paduka
Mangkunegoro IV juga seorang ekonom yang pernah mendirikan pabrik ada pabrik
gula di Colomadu namun sekarang sudah berhenti, kemudian pabrik gula di
Tasikmadu Karanganyar, persisnya di daerah Sondokoro yang sekarang dikembangkan
menjadi objek pariwisata Sondokoro.
Ruang-ruang
di Reksa Pustaka
Gedung Perpustakaan Reksa Pustaka yang terletak di kompleks Pura
Mangkunegaran lantai dua atau di atas Kantor Dinas Urusan Istana atau di
sebelah kiri Pamedan atau timur Pendopo.[3] Letak perpustakaan yang
berada di lantai dua mengharuskan para pengunjung untuk menaiki tangga yang
terbuat dari kayu jati agar bisa memasuki perpustakaan. Perpustakaan Reksa
Pustaka dengan lantai yang terbuat dari kayu jati itu memiliki tiga ruang utama
yaitu, ruang utara untuk koleksi buku dan naskah kuno, ruang tengah atau ruang
foto-foto kuno serta buku asing, dan ruang paling selatan atau ruang arsip.
1. Ruang Utara
Ruang ini
biasanya yang sering digunakan oleh para peneliti dan pembaca, karena disana
juga disediakan tempat baca. Ruang ini terdapat koleksi buku-buku dan
naskah-naskah kuno dari mulai tahun 1816 sampai sekarang. Naskah-naskah kuno dengan
tulisan jawa baik jawa kuno maupun jawa baru tersusun rapi. Selain naskah kuno
di ruang ini juga terdapat rak untuk tempat naskah yang sudah di cetak namun
tulisan yang dipakai masih menggunakan ejaan lama (oe ; dj ; tj). Akan tetapi
hal itu tidak ada masalah untuk penelitian sejarah yang penting isi dari buku
tersebut masih bisa diketahui. Kondisi di ruang utara lebih baik jika
dibandingkan dengan ruang tengah maupun ruang selatan. Itu dapat dilihat dari
susunan buku yang tampak rapi, dengan tempat baca di dalamnya walau tempatnya
agak sempit. Tempat baca disana dibuat dari kayu jati kerena memang mayoritas
bahan material untuk bangunan Rekso Pustaka itu sendiri memakai kayu jati.
2. Ruang Tengah
Ruang
tengah berisi dokumen berupa foto-foto kuno baik foto-foto pribadi maupun
foto-foto dari aktivitas pemerintahan. Disana juga terdapat buku-buku asing
yang tertata rapi di rak disamping tangga masuk. Kondisi dari foto-foto dan
lukisan sendiri memprihatinkan karena tidak disusun atau tidak diatur sehingga
ketika pengunjung ingin melihat foto-foto yang ada akan merasa tidak nyaman.
3. Ruang Selatan
Ruang ini
digunakan untuk menyimpan arsip. Jumlah arsip yang sudah terhitung di dalam
ruang ini sebanyak 11.000 arsip, 2000 diantaranya berisi sejarah mangkunegaran.
Kondisi dari ruang arsip sangat memprihatinkan dimana arsip-arsip kurang
tertata rapi sehingga tampak berserakan.
Koleksi
1.
Koleksi buku dan naskah kuno
Koleksi yang ada di Reksa Pustaka sudah hampir tiga puluh ribu judul dari
mulai tahun 1816 jadi sudah sekitar 200 tahun yang lalu. Ada juga koleksi yang
ditulis tahun 1700 yaitu karya Mangkunegoro I pendiri Mangkunegaran yang
berjudul Babad Tanah Jawa. Tulisan tersebut berisi tentang sejarah sejak
zaman Nabi Adam sampai raja-raja pulau Jawa. Sampai saat ini tulisan dari
pendiri Mangkunegaran tersebut masih tersimpan di perpustaan Reksa Pustaka
dengan kondisi kertas yang masih bagus tidak terlalu rapuh kerena menggunakan
kertas daulang. Koleksi khas dari Reksa Pustaka adalah karya dari Mangkunegoro
IV. Karya sastra beliau yang terangkum dalam sebuah buku berjudul Serat-serat
Anggita Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegoro IV yang
sudah dilakukan pencetakan pada tahun 1928. Dalam karya Mangkunegoro IV yang
berjudul Serat-serat Anggita Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya
Mangkunegoro IV tersebut berisi ajaran budi luhur yang termasuk di dalamnya
Serat Wedotomo, Serat Tripama, Serat Woroyagyo, dan Serat Laksita raja.
1. Serat Wedotomo yang isinya tentang
kesempurnaan hidup misalnya tata cara dan adab kita bergaul di masyarakat, atau
tata cara dan adab kita menyembah kepada Tuhan.
2. Serat Tripama yang isinya ajaran tentang
bagaimana menjadi seorang prajurit, modal atau persiapan apa yang harus
dimiliki untuk menjadi seorang prajurit.
3. Serat Woroyagyo yang berisi tentang
tatacara dan adab berumah tangga, apa saja yang harus dipersiapkan dalam
pernikahan, seorang calon istri harus memiliki persiapan apa saja, dan untuk
seorang suami tidak boleh sewenang-wenang.
4. Serat Laksita raja isinya tuntunan
bagaimana menjadi seorang pemimpin atau raja, jadi beliau (Mangkunegoro IV) itu
sudah mempersiapkan generasi penerus atau pewaris tahta di Mangkunegaran pada
waktu itu. Agar pewaris tahta kalau menjadi pemimpin, pemimpin seperti yang
beliau ajarkan. Ada tigabelas butir yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Dalam Serat Romo kepimpinan itu hanya ada delapan butir ,
kalau dalam Serat Laksita raja ini yang harus dipenuhi oleh
seorang pemimpin itu idealnya seperti itu. Di Kasunanan juga ada yaitu Serat
Wulangreh yang berisi bagaimana menjadi pemimpin dan pemimpin bagaimana
yang kita pilih.
Rekso Pustaka juga memiliki koleksi dari Mangkunegoro V karya beliau yaitu
tari dan wayang. Kalau untuk Mangkunegoro VI lebih terkenal sebagai raja yang
merakyat, beliau sebagai raja tetapi tidak mau ditinggikan sebagai raja
sehingga sampai akhir hayatnya beliau itu tidak menuntut untuk suksesi di
kerajaan ini beliau belum sempat mencapai raja, beliau berkenaan meninggalkan
Puro Mangkunegaran ini ke Surabaya dan disana beliau hidup bermasyarakat secara
umum. Dan waktu meninggal makamnya pun tidak mau dimakamkan di Mangadeg atau
Girilayu, tapi dimakamkan di layu utara sebelah pasar nunukan. Bagi
Mangkunegoro VIII Mangkunegoro VI sebagai pahlawan karena beliau juga melawan
kolonial. Selain koleksi dari Mangkunegoro I, IV, V dan VI Rekso Pustaka juga
memiliki koleksi dari Mangkunegoro VII, karena beliau suka akan pertunjukan
maka karya-karya beliau mayoritas adalah wayang. Mangkunegoro VII membuat
tulisan yang berjudul Pakem Pedalangan Ringgit Purwa yang memiliki 37
jilid atau lakon (jawa: cerita). Di Reksa Pustaka juga memiliki koleksi stattsbad
atau undang-undang pada masa Belanda tahun 1816. Akan tetapi stattsbad sudah
tidak boleh di fotocopy karena kondisinya yang sudah rapuh, kalau untuk
dibaca masih bisa. Koleksi naskah-naskah kuno yang dimiliki oleh Rekso
Pustaka kebanyakan memakai bahasa dan tulisan Jawa, baik Jawa kuno maupun jawa
modern. Disamping bahasa Jawa disana juga dapat ditemui bahasa-bahasa asing
misalnya bahasa belanda.
2.
Koleksi Foto
Foto-foto yang dikoleksi Rekso Pustaka meliputi foto-foto keluarga atau
foto-foto pribadi sejak pemerintahan Mangkunegoro II sampai Mangkunegoro IX.
Untuk koleksi terbanyak yaitu foto kegiatan dari pemerintahan Mangkunegoro VII,
(1) Kegiatan pemerintahan misalnya menerima tamu kenegaraan, (2) Kegiatan adat
istiadat yang ada di Mangkunegaran misalnya, adat tradisi satu suro, adat
pernikahan, adat sunatan dan adat sedan. Selain foto-foto kegiatan pemerintahan
di ruang ini juga menyimpan foto-foto bangunan kuno, bangunan-bangunan
peninggalan Mangkunegaran misal bentuk gapura jaman dulu. Disamping foto-foto
pribadi Mangkunegoro II sampai Mangkunegoro IX, foto masa pemerintahan
Mangkunegoro VII, dan foto model bangunan Mangkunegaran tempo dulu, di Reksa
Pustaka juga bisa ditemui lukisan-lukisan seperti lukisan pujangga seperti
Ronggowarsito, dan pelukis-pelukis terkenal.
3.
Koleksi Arsip
Di Reksa Pustaka memiliki jumlah arsip terhitung sebanyak 11.000 arsip,
2000 diantaranya berisi sejarah mangkunegaran. Arsip ini berbentuk
lembaran-lembaran penting misalnya surat-surat penting Mangkunegaran. Koleksi
arsip disini dimulai sejak pemerintahan Mangkunegoro IV sampai Mangkunegoro
VIII, untuk arsip Mangkunegoro IX sampai sekarang belum masuk ke Reksa Pustaka
karena masih digunakan. Disamping koleksi buku, naskah kuno, foto kuno dan
arsip, Perpustakaan Reksa Pustaka memiliki koleksi yang berbentuk prasasti.
Koleksi Prasasti tersebut misalnya koprak dan tulisan diatas tembaga (Sinaguha,
Telang) yang berisi piwulang, sejarah dan sastra.
Akses
Pengunjung
Akses ke perpustakaan Reksa Pustaka akan dilayani setiap jam kerja, karena
karyawan atau petugas perpustakaan bersifat sosial atau sukarela atau untuk
pengabdian kepada Mangkunegaran, maka pengunjung akan dilayani dengan jadwal :
Senin-Kamis
: 09.00-12.30 WIB
Jumat
: 09.00- 11.00 WIB
Sabtu
: 09.00- 11.30 WIB
Perpustakaan Reksa Pustaka adalah perpustakaan swasta dan khusus.
Pengelola dari perpustakaan ini adalah Pura Mangkunegaran. Dengan biaya yang
didapatkan dari Pura Mangkunegan ditambah biaya sosial dari pengunjung atau
penelitian. Perpustakaan Reksa Pustaka disebut perpustakaan khusus karena
mayoritas dari koleksi Reksa Pustaka adalah budaya Jawa sehingga pelayanannya
pun tertutup. Artinya pengunjung tidak boleh mengambil sendiri koleksi, akan
tetapi harus meminta bantuan ke petugas yang ada. Berikut ini langkah-langkah
dan proses ketika akan menggunakan Perpustakaan Reksa Pustaka :
1. Melepas alas kaki (sepatu) dan meletakkan tas di tempat yang
telah disediakan baru boleh memasuki ruang perpustakaan. Tujuannya agar
perpustakaan tetap terjaga kebersihannya dan meminimalisir pencurian koleksi.
2. Wajib mengisi buku kunjungan atau buku tamu.
3. Melihat daftar katalog yang telah di sediakan. Katalog yang
digunakan oleh Reksa Pustaka katalognya seperti berikut: Pertama, katalog
khusus Mangkunegaran itu kodenya Mangkunegaran atau MN yang isinya sejarah
Mangkunegoro I sampai IX. Kedua, katalog abjad mulai dari A sampai R, abjad (A)
Isinya tentang pendidikan agama filsafat, (B) Isinya tentang sejarah secara
umum, sejarah Jawa sampai sejarah masa kini atau politik masa kini, (C) Isinya khusus
tentang sastra, (D) Isinya khusus tentang wayang yang terdiri dari: wayang
kulit, wayang uwong (orang), wayang suket dan wayang beber,
(E) Isinya tentang cerita menak, (F) Isinya khusus tentang karawitan,
(G) Isinya khusus tentang tari, (H) Isinya tentang adat
istiadat, (I) Isinya tentang primbon, (J) Isinya tentang pariwisata, (K) Isinya
hukum. Dan seterusnya sampai (R) itu isinya tentang batik.
4. Setelah memilih koleksi yang akan digunakan atau dipijam maka
proses selanjutnya adalah meminta tolong kepada petugas untuk mengambilkan
koleksi yang kita sudah pilih.
5. Apabila anda ingin membaca buku atau naskah kuno, di ruang utara
juga telah disediakan tempat baca.
6. Apabila anda ingin membawa pulang maka anda harus meminta tolong
kepada petugas kemudian petugas akan memberi anda fotocopy-an. Anda
cukup menganti upah fotocopy jika buku dikenakan biaya sebesar Rp.
300/lembar untuk arsip Rp. 1000/lembar. Apabila naskah kuno yang tidak boleh di
fotocopy anda bisa memfoto.
Perawatan
Koleksi
Perawatan yang dilakukan di perpustakaan Reksa Pustaka terdiri dari beberapa
cara yaitu :
1) Setiap harinya perawatan koleksi Reksa Pustaka
menggunakan kapur barus. Kapur barus ini hanya sebatas digunakan untuk mengusir
serangga.
2) Setiap tahun sekali dilakukan fubigasi yaitu
pengasapan dimana bertujuan untuk membunuh kuman serangga atau jamur yang
menyerang kertas.
3) Perwatan dengan menggunakan kotak naskah. Kotak
naskah ini berbentuk seperti amplop yang terbuat dari kertas karton netral atau
kertas karton yang bebas asam dan basa. Tujuan dari pemberian kotak naskah ini
untuk melindungi naskah yang sudah rusak agar kerusakannya tidak bertambah
parah karena ternyata tangan manusia mengandung asam sehingga apabila tangan
sering memegang naskah maka akan membuat naskah semakin rusak. Setiap satu
kotak naskah menghabiskan biaya kertas Rp.80.000 dalam waktu setahun Reksa
Pustaka hanya mampu membuat kotak naskah sejumlah seratus buah sehingga
perawatan dengan kotak naskah ini menghabiskan dana Rp. 800.000/tahun.
4) Restorasi naskah yaitu perawatan dengan
menggunakan tisu Jepang. Perawatan menggunakan tisu jepang ini agar buku atau
naskah yang sudah rapuh tidak patah-patah (sobek). Tisu jepang, itu kertasnya
tipis seperti tisu dan harus harus diimpor dari jepang sehingga pelaksanaan di
Reksa Pustaka mengalami kesulitan. Maka dari itu setiap satu tahun sekali
mendapat bantuan langsung dari Arsip Nasional yang datang ke Reksa Pustaka
untuk membantu merawat naskah dengan melapisi kertas tersebut dengan tisu
jepang. Proses ini sering disebut sebagai retorasi naskah.
Kritik dan Saran
Pada umumnya kondisi dari Perpustakaan Reksa Pustaka sangatlah memprihatinkan.
Dapat dilihat dari ruang per ruang kondisinya kurang baik terutama untuk ruang
tengah dan ruang selatan (ruang arsip). Ruangnya berdebu, untuk koleksi
foto-foto di ruang tengah kurang tersusun secara rapi kondisinya berantakan
sehingga perlu dilakukan pembersihan serta penyusunan dan pengelompokan
foto-foto tersebut sehingga pengunjung lebih nyaman dalam melakukan kunjungan.
Reksa Pustaka adalah warisan budaya yang seharusnya dilestariakan oleh generasi
kita. Meskipun saat ini ada beberapa kendala yang dihadapi Reksa Pustaka dalam
melakukan pengembangan terutama kendala biaya. Setidaknya kita melakukan
kunjungan kesana dengan baik, ikut merawat dan melestarikan budaya jawa dari
koleksi yang ada, itu bagian dari tanggungjawab kita sebagai generasi yang
mampu menghargai karya leluhurnya.
Tanggungjawab itu terletak kepada semua pihak. Baik pemerintah Mangkunegaran
sebagai pengelola, pemerintah daerah Surakarta maupun pemerintah pusat harus
memberikan perhatian yang lebih terhadap warisan budaya Reksa Pustaka tersebut.
Daftar Pustaka
Kuntowijoyo,DR. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
http://riesboy-ariez.blogspot.com/
(online tanggal 27 Oktober 2012 pukul 10.32)
http://juwita.blog.fisip.uns.ac.id/2011/12/06/rekso-pustoko/
(online tanggal 27 Oktober 2012 pukul 10.41)
Catatan
Kaki
1. DR.Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan
Bentang Budaya, 1995) hal.89
2. juwita.blog.fisip.uns.ac.id/2011/12/06/rekso-pustoko
3. riesboy-ariez.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar