Sabtu, 05 Januari 2013

Museum Rekso Pustoko


Sejarah Perkembangan dan Pendiri Reksa Pustaka
Reksa Pustaka didirikan pada tanggal 11 Agustus 1867 pada pemerintahan Sri Paduka Mangkunegoro IV. Reksa Pustaka yang dalam ejaan jawa : Reksopoestoko berasal dari kata “rekso” yang artinya menjaga dan “pustoko” artinya buku. Sehingga Reksa Pustaka mempunyai arti tempat untuk menjaga atau menyimpan buku. Reksa Pustaka itu sendiri tugasnya (dalam bahasa Jawa) :ngurusi serat-serat. Serat (bahasa ngoko) : layang adalah surat, jadi Reksa Pustaka pada awalnya berfungsi sebagai arsip. Namun serat dalam bahasa Jawa juga berarti buku. Setiap buku Jawa judulnya selalu dimulai dengan kata serat.[2]
Pada awalnya perpustakaan Reksa Pustaka hanya digunakan oleh kerabat di ligkungan Istana Mangkunegaran saja. Dalam perkembangannya Reksa Pustaka banyak dibutuhkan terutama para peneliti dalam rangka membuat skripsi tentang Mangkunegaran atau yang lainnya. Selanjutnya pada tahun 1980an Perpustakaan Reksa Pustaka sudah dibuka untuk umum. Gedung Perpustakaan Reksa Pustaka terletak di dalam kompleks Pura Mangkunegaran berada di lantai dua. Dari awal berdirinya Perpustakaan Reksa Pustaka mengalami berbagai perkembangan. Perkembangan yang terjadi terutama dalam hal penambahan koleksi dan renovasi yang dilakukan tahun 2000an yaitu menambah pegangan pada tangga masuk perpustakaan. Setelah Sri Paduka Mangkunegoro IV wafat perkembangan Reksa Pustaka selanjutnya dikembangkan oleh Mangkunegoro VII dan dilestariakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro IX sampai sekarang.
Reksa Pustaka dalam upaya pelestarian dan pengembangan koleksi  melakukan beberapa hal misalnya dengan digitalisasi atau scan komputer yaitu melakukan pencetakan yang bertujuan agar naskah asli masih tetap terjaga. Disamping dilakukan pencetakan ulang pada naskah kuno, Reksa Pustaka dibantu para peneliti juga melakukan proses transkripsi atau alih aksara dan proses transliterasi atau alih bahasa, mengingat mayoritas koleksi beraksara dan berbahasa jawa meskipun ada juga koleksi yang berbahasa asing sehingga mempermudah pembaca dan memahami naskah-naskah kuno.
 Sri Paduka Mangkunegoro IV ialah pendiri Rekso Pustaka, disamping seorang raja, beliau juga pujangga maka dari itu koleksi khas dari Reksa Pustaka ialah hasil koleksi dan karya-karya beliau diantaranya sebuah karya sastra yang tersusun dalam buku Serat-serat Anggita Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegoro IV. Karya beliau tersebut sekarang sudah ada dalam bentuk cetakan, cetakan pertama pada tahun 1928. Sri Paduka Mangkunegoro IV juga seorang ekonom yang pernah mendirikan pabrik ada pabrik gula di Colomadu namun sekarang sudah berhenti, kemudian pabrik gula di Tasikmadu Karanganyar, persisnya di daerah Sondokoro yang sekarang dikembangkan menjadi objek pariwisata Sondokoro.
Ruang-ruang di Reksa Pustaka
          Gedung  Perpustakaan Reksa Pustaka yang terletak di kompleks Pura Mangkunegaran lantai dua atau di atas Kantor Dinas Urusan Istana atau di sebelah kiri Pamedan atau timur Pendopo.[3] Letak perpustakaan yang berada di lantai dua mengharuskan para pengunjung untuk menaiki tangga yang terbuat dari kayu jati agar bisa memasuki perpustakaan. Perpustakaan Reksa Pustaka dengan lantai yang terbuat dari kayu jati itu memiliki tiga ruang utama yaitu, ruang utara untuk koleksi buku dan naskah kuno, ruang tengah atau ruang foto-foto kuno serta buku asing, dan ruang paling selatan atau ruang arsip.
1.     Ruang Utara
Ruang ini biasanya yang sering digunakan oleh para peneliti dan pembaca, karena disana juga disediakan tempat baca. Ruang ini  terdapat koleksi buku-buku dan naskah-naskah kuno dari mulai tahun 1816 sampai sekarang. Naskah-naskah kuno dengan tulisan jawa baik jawa kuno maupun jawa baru tersusun rapi. Selain naskah kuno di ruang ini juga terdapat rak untuk tempat naskah yang sudah di cetak namun tulisan yang dipakai masih menggunakan ejaan lama (oe ; dj ; tj). Akan tetapi hal itu tidak ada masalah untuk penelitian sejarah yang penting isi dari buku tersebut masih bisa diketahui. Kondisi di ruang utara lebih baik jika dibandingkan dengan ruang tengah maupun ruang selatan. Itu dapat dilihat dari susunan buku yang tampak rapi, dengan tempat baca di dalamnya walau tempatnya agak sempit. Tempat baca disana dibuat dari kayu jati kerena memang mayoritas bahan material untuk bangunan Rekso Pustaka itu sendiri memakai kayu jati.
2.     Ruang Tengah
Ruang tengah berisi dokumen berupa foto-foto kuno baik foto-foto pribadi maupun foto-foto dari aktivitas pemerintahan. Disana juga terdapat buku-buku asing yang tertata rapi di rak disamping tangga masuk. Kondisi dari foto-foto dan lukisan sendiri memprihatinkan karena tidak disusun atau tidak diatur sehingga ketika pengunjung ingin melihat foto-foto yang ada akan merasa tidak nyaman.
3.     Ruang Selatan
Ruang ini digunakan untuk menyimpan arsip. Jumlah arsip yang sudah terhitung di dalam ruang ini sebanyak 11.000 arsip, 2000 diantaranya berisi sejarah mangkunegaran. Kondisi dari ruang arsip sangat memprihatinkan dimana arsip-arsip kurang tertata rapi sehingga tampak berserakan.
Koleksi
1. Koleksi buku dan naskah kuno
Koleksi yang ada di Reksa Pustaka sudah hampir tiga puluh ribu judul dari mulai tahun 1816 jadi sudah sekitar 200 tahun yang lalu. Ada juga koleksi yang ditulis tahun 1700 yaitu karya Mangkunegoro I pendiri Mangkunegaran yang berjudul Babad Tanah Jawa. Tulisan tersebut berisi tentang sejarah sejak zaman Nabi Adam sampai raja-raja pulau Jawa. Sampai saat ini tulisan dari pendiri Mangkunegaran tersebut masih tersimpan di perpustaan Reksa Pustaka dengan kondisi kertas yang masih bagus tidak terlalu rapuh kerena menggunakan kertas daulang. Koleksi khas dari Reksa Pustaka adalah karya dari Mangkunegoro IV. Karya sastra beliau yang terangkum dalam sebuah buku berjudul Serat-serat Anggita Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegoro IV yang sudah dilakukan pencetakan pada tahun 1928. Dalam karya Mangkunegoro IV yang berjudul Serat-serat Anggita Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegoro IV tersebut berisi ajaran budi luhur yang termasuk di dalamnya Serat Wedotomo, Serat Tripama, Serat Woroyagyo, dan Serat  Laksita raja.
1.     Serat Wedotomo yang isinya tentang kesempurnaan hidup misalnya tata cara dan adab kita bergaul di masyarakat, atau tata cara dan adab kita menyembah kepada Tuhan.
2.     Serat Tripama yang isinya ajaran tentang bagaimana menjadi seorang prajurit, modal atau persiapan apa yang harus dimiliki untuk menjadi seorang prajurit.
3.     Serat Woroyagyo yang berisi tentang tatacara dan adab berumah tangga, apa saja yang harus dipersiapkan dalam pernikahan, seorang calon istri harus memiliki persiapan apa saja, dan untuk seorang suami tidak boleh sewenang-wenang.
4.     Serat  Laksita raja isinya tuntunan bagaimana menjadi seorang pemimpin atau raja, jadi beliau (Mangkunegoro IV) itu sudah mempersiapkan generasi penerus atau pewaris tahta di Mangkunegaran pada waktu itu. Agar pewaris tahta kalau menjadi pemimpin, pemimpin seperti yang beliau ajarkan. Ada tigabelas butir yang  harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Dalam Serat Romo kepimpinan itu hanya ada delapan butir , kalau dalam Serat  Laksita raja ini yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin itu idealnya seperti itu. Di Kasunanan juga ada yaitu Serat Wulangreh yang berisi bagaimana menjadi pemimpin dan pemimpin bagaimana yang kita pilih.
Rekso Pustaka juga memiliki koleksi dari Mangkunegoro V karya beliau yaitu tari dan wayang. Kalau untuk Mangkunegoro VI lebih terkenal sebagai raja yang merakyat, beliau sebagai raja tetapi tidak mau ditinggikan sebagai raja sehingga sampai akhir hayatnya beliau itu tidak menuntut untuk suksesi di kerajaan ini beliau belum sempat mencapai raja, beliau berkenaan meninggalkan Puro Mangkunegaran ini ke Surabaya dan disana beliau hidup bermasyarakat secara umum. Dan waktu meninggal makamnya pun tidak mau dimakamkan di Mangadeg atau Girilayu, tapi dimakamkan di layu utara sebelah pasar nunukan. Bagi Mangkunegoro VIII Mangkunegoro VI sebagai pahlawan karena beliau juga melawan kolonial. Selain koleksi dari Mangkunegoro I, IV, V dan VI Rekso Pustaka juga memiliki koleksi dari Mangkunegoro VII, karena beliau suka akan pertunjukan maka karya-karya beliau mayoritas adalah wayang. Mangkunegoro VII membuat tulisan yang berjudul Pakem Pedalangan Ringgit Purwa yang memiliki 37 jilid atau lakon (jawa: cerita). Di Reksa Pustaka juga memiliki koleksi stattsbad atau undang-undang pada masa Belanda tahun 1816. Akan tetapi stattsbad sudah tidak boleh di fotocopy karena kondisinya yang sudah rapuh, kalau untuk dibaca masih bisa.  Koleksi naskah-naskah kuno yang dimiliki oleh Rekso Pustaka kebanyakan memakai bahasa dan tulisan Jawa, baik Jawa kuno maupun jawa modern. Disamping bahasa Jawa disana juga dapat ditemui bahasa-bahasa asing misalnya bahasa belanda.
2. Koleksi Foto
Foto-foto yang dikoleksi Rekso Pustaka meliputi foto-foto keluarga atau foto-foto pribadi sejak pemerintahan Mangkunegoro II sampai Mangkunegoro IX. Untuk koleksi terbanyak yaitu foto kegiatan dari pemerintahan Mangkunegoro VII, (1) Kegiatan pemerintahan misalnya menerima tamu kenegaraan, (2) Kegiatan adat istiadat yang ada di Mangkunegaran misalnya, adat tradisi satu suro, adat pernikahan, adat sunatan dan adat sedan. Selain foto-foto kegiatan pemerintahan di ruang ini juga menyimpan foto-foto bangunan kuno, bangunan-bangunan peninggalan Mangkunegaran misal bentuk gapura jaman dulu. Disamping foto-foto pribadi Mangkunegoro II sampai Mangkunegoro IX, foto masa pemerintahan Mangkunegoro VII, dan foto model bangunan Mangkunegaran tempo dulu, di Reksa Pustaka juga bisa ditemui lukisan-lukisan seperti lukisan pujangga seperti Ronggowarsito, dan pelukis-pelukis terkenal.
3. Koleksi Arsip
Di Reksa Pustaka memiliki jumlah arsip terhitung sebanyak 11.000 arsip, 2000 diantaranya berisi sejarah mangkunegaran. Arsip ini berbentuk lembaran-lembaran penting misalnya surat-surat penting Mangkunegaran. Koleksi arsip disini dimulai sejak pemerintahan Mangkunegoro IV sampai Mangkunegoro VIII, untuk arsip Mangkunegoro IX sampai sekarang belum masuk ke Reksa Pustaka karena masih digunakan. Disamping koleksi buku, naskah kuno, foto kuno dan arsip, Perpustakaan Reksa Pustaka memiliki koleksi yang berbentuk prasasti. Koleksi Prasasti tersebut misalnya koprak dan tulisan diatas tembaga (Sinaguha, Telang) yang berisi piwulang, sejarah dan sastra.
Akses Pengunjung
Akses ke perpustakaan Reksa Pustaka akan dilayani setiap jam kerja, karena karyawan atau petugas perpustakaan bersifat sosial atau sukarela atau untuk pengabdian kepada Mangkunegaran, maka pengunjung akan dilayani dengan jadwal :
Senin-Kamis        : 09.00-12.30 WIB
Jumat                   : 09.00- 11.00 WIB
Sabtu                   : 09.00- 11.30 WIB
Perpustakaan Reksa Pustaka adalah perpustakaan swasta dan khusus. Pengelola dari perpustakaan ini adalah Pura Mangkunegaran. Dengan biaya yang didapatkan dari Pura Mangkunegan ditambah biaya sosial dari pengunjung atau penelitian. Perpustakaan Reksa Pustaka disebut perpustakaan khusus karena mayoritas dari koleksi Reksa Pustaka adalah budaya Jawa sehingga pelayanannya pun tertutup. Artinya pengunjung tidak boleh mengambil sendiri koleksi, akan tetapi harus meminta bantuan ke petugas yang ada. Berikut ini langkah-langkah dan proses ketika akan menggunakan Perpustakaan Reksa Pustaka :
1.  Melepas alas kaki (sepatu) dan meletakkan tas di tempat yang telah disediakan baru boleh memasuki ruang perpustakaan. Tujuannya agar perpustakaan tetap terjaga kebersihannya dan meminimalisir pencurian koleksi.
2.  Wajib mengisi buku kunjungan atau buku tamu.
3.  Melihat daftar katalog yang telah di sediakan. Katalog yang digunakan oleh Reksa Pustaka katalognya seperti berikut: Pertama, katalog khusus Mangkunegaran itu kodenya Mangkunegaran atau MN yang isinya sejarah Mangkunegoro I sampai IX. Kedua, katalog abjad mulai dari A sampai R, abjad (A) Isinya tentang pendidikan agama filsafat, (B) Isinya tentang sejarah secara umum, sejarah Jawa sampai sejarah masa kini atau politik masa kini, (C) Isinya khusus tentang sastra, (D) Isinya khusus tentang wayang yang terdiri dari: wayang kulit, wayang uwong (orang), wayang suket dan wayang beber, (E) Isinya tentang cerita menak, (F) Isinya khusus tentang karawitan, (G) Isinya    khusus tentang tari, (H) Isinya tentang adat istiadat, (I) Isinya tentang primbon, (J) Isinya tentang pariwisata, (K) Isinya hukum. Dan seterusnya sampai (R) itu isinya tentang batik.
4.  Setelah memilih koleksi yang akan digunakan atau dipijam maka proses selanjutnya adalah meminta tolong kepada petugas untuk mengambilkan koleksi yang kita sudah pilih.
5.  Apabila anda ingin membaca buku atau naskah kuno, di ruang utara juga telah disediakan tempat baca.
6.  Apabila anda ingin membawa pulang maka anda harus meminta tolong kepada petugas kemudian petugas akan memberi anda fotocopy-an. Anda cukup menganti upah fotocopy jika buku dikenakan biaya sebesar Rp. 300/lembar untuk arsip Rp. 1000/lembar. Apabila naskah kuno yang tidak boleh di fotocopy anda bisa memfoto.
Perawatan Koleksi
          Perawatan yang dilakukan di perpustakaan Reksa Pustaka terdiri dari beberapa cara yaitu :
1)     Setiap harinya perawatan koleksi Reksa Pustaka menggunakan kapur barus. Kapur barus ini hanya sebatas digunakan untuk mengusir serangga.
2)     Setiap tahun sekali dilakukan fubigasi yaitu pengasapan dimana bertujuan untuk membunuh kuman serangga atau jamur yang menyerang kertas.
3)     Perwatan dengan menggunakan kotak naskah. Kotak naskah ini berbentuk seperti amplop yang terbuat dari kertas karton netral atau kertas karton yang bebas asam dan basa. Tujuan dari pemberian kotak naskah ini untuk melindungi naskah yang sudah rusak agar kerusakannya tidak bertambah parah karena ternyata tangan manusia mengandung asam sehingga apabila tangan sering memegang naskah maka akan membuat naskah semakin rusak. Setiap satu kotak naskah menghabiskan biaya kertas Rp.80.000 dalam waktu setahun Reksa Pustaka hanya mampu membuat kotak naskah sejumlah seratus buah sehingga perawatan dengan kotak naskah ini menghabiskan dana Rp. 800.000/tahun.
4)     Restorasi naskah yaitu perawatan dengan menggunakan tisu Jepang. Perawatan menggunakan tisu jepang ini agar buku atau naskah yang sudah rapuh tidak patah-patah (sobek). Tisu jepang, itu kertasnya tipis seperti tisu dan harus harus diimpor dari jepang sehingga pelaksanaan di Reksa Pustaka mengalami kesulitan. Maka dari itu setiap satu tahun sekali mendapat bantuan langsung dari Arsip Nasional yang datang ke Reksa Pustaka untuk membantu merawat naskah dengan melapisi kertas tersebut dengan tisu jepang. Proses ini sering disebut sebagai retorasi naskah.
Kritik dan Saran
          Pada umumnya kondisi dari Perpustakaan Reksa Pustaka sangatlah memprihatinkan. Dapat dilihat dari ruang per ruang kondisinya kurang baik terutama untuk ruang tengah dan ruang selatan (ruang arsip). Ruangnya berdebu, untuk koleksi foto-foto di ruang tengah kurang tersusun secara rapi kondisinya berantakan sehingga perlu dilakukan pembersihan serta penyusunan dan pengelompokan foto-foto tersebut sehingga pengunjung lebih nyaman dalam melakukan kunjungan.
          Reksa Pustaka adalah warisan budaya yang seharusnya dilestariakan oleh generasi kita. Meskipun saat ini ada beberapa kendala yang dihadapi Reksa Pustaka dalam melakukan pengembangan terutama kendala biaya. Setidaknya kita melakukan kunjungan kesana dengan baik, ikut merawat dan melestarikan budaya jawa dari koleksi yang ada, itu bagian dari tanggungjawab kita sebagai generasi yang mampu menghargai karya leluhurnya.
          Tanggungjawab itu terletak kepada semua pihak. Baik pemerintah Mangkunegaran sebagai pengelola, pemerintah daerah Surakarta maupun pemerintah pusat harus memberikan perhatian yang lebih terhadap warisan budaya Reksa Pustaka tersebut.
Daftar Pustaka
               Kuntowijoyo,DR. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
               http://riesboy-ariez.blogspot.com/ (online tanggal 27 Oktober 2012 pukul 10.32)
Catatan Kaki
1.    DR.Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995) hal.89
2.     juwita.blog.fisip.uns.ac.id/2011/12/06/rekso-pustoko
3.     riesboy-ariez.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar